Ilustrasi siluet manusia yang dipetakan oleh jaringan data digital, menggambarkan konsep shadow profiles dalam sistem AI

Shadow Profiles dan Identitas yang Tak Pernah Kita Bangun Sendiri

Dalam dunia digital yang semakin kompleks, ada sisi tersembunyi dari identitas online yang jarang disadari: shadow profiles. Ini adalah kumpulan data tentang seseorang yang dikumpulkan tanpa interaksi langsung. Bahkan sebelum membuat akun, sebelum klik apa pun, sistem sudah mulai membentuk potret digital kita berdasarkan jejak orang lain.

Fenomena ini berangkat dari logika sederhana: jika A berteman dengan B, dan B punya akses kontak ke C, maka C bisa dikenali meski belum pernah muncul. Data seperti email, nomor telepon, lokasi, dan koneksi sosial bisa dipetakan dari hubungan tak langsung. Dan dari sinilah identitas mulai terbentuk—tanpa persetujuan, tanpa kesadaran, tanpa kendali.

Platform besar seperti media sosial, aplikasi chatting, dan layanan cloud sering membangun sistem ini untuk “meningkatkan pengalaman pengguna”. Tapi kenyataannya, data shadow profile justru lebih berguna bagi kepentingan bisnis. Mereka bisa dipakai untuk prediksi perilaku, pemasaran yang lebih agresif, bahkan keputusan algoritmik yang memengaruhi siapa yang dapat akses ke apa.

Yang mengkhawatirkan, shadow profiles bekerja diam-diam. Tidak ada notifikasi, tidak ada tombol opt-out. Kita bisa hidup bertahun-tahun di bawah asumsi bahwa data kita aman, padahal sistem sudah membuat proyeksi siapa kita, ke mana kita pergi, dan apa yang kemungkinan besar akan kita lakukan.

Lebih jauh lagi, shadow profiles menciptakan ketimpangan relasi antara pengguna dan sistem. Di satu sisi, pengguna hanya bisa melihat sebagian kecil dari apa yang disimpan atau diproses. Di sisi lain, platform punya peta sosial, preferensi, dan kemungkinan besar, bahkan prediksi masa depan kita. Ini bukan lagi soal privasi, tapi soal distribusi kekuasaan informasi.

Pertanyaannya kemudian: bagaimana mungkin seseorang bisa menegosiasikan identitas digital jika yang dikenali sistem bukan versi dirinya yang sebenarnya, tapi potongan-potongan pola yang disusun oleh sistem? Identitas bukan lagi sesuatu yang dibangun secara sadar, tapi dikonstruksi dari luar.

Dan inilah paradoks zaman ini. Kita diminta menjaga jejak digital, tapi sebagian jejak itu tidak pernah kita buat. Kita diajak mengatur privasi, padahal sebagian besar peta data kita berasal dari orang lain. Shadow profiles mengaburkan batas antara siapa yang benar-benar mengontrol narasi tentang diri kita sendiri.

Mungkin yang paling meresahkan bukan sekadar bahwa data kita dikumpulkan, tapi bahwa sistem sudah mengenal kita sebelum kita mengenalkan diri. Dalam dunia seperti ini, membangun identitas digital bukan lagi dimulai dari “apa yang ingin aku tunjukkan”, tapi dari “apa yang sistem sudah tahu tentang aku—tanpa aku tahu.”

Kesadaran akan keberadaan shadow profiles bukan untuk menimbulkan paranoia, tapi untuk memahami bahwa kedaulatan digital tidak lagi bisa dipisahkan dari relasi kita dengan sistem yang tidak kita lihat. Dan mungkin satu-satunya cara melawan narasi yang dibentuk dari luar, adalah mulai menulis narasi sendiri—secara sadar, pelan, dan jujur.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *