Ilustrasi visual tentang proses menciptakan produk digital yang kokoh, menggambarkan seseorang di depan layar laptop dengan blueprint dan skema aplikasi

Bikin Produk Digital yang Bertahan: Pelajaran dari Proyek-Proyek yang Pernah Ditutup

Nggak semua ide keren akan bertahan lama. Di balik setiap produk yang sukses, selalu ada deretan proyek yang pernah gagal, ditinggalkan, atau bahkan dilupakan. Tapi justru dari kegagalan-kegagalan itu, muncul bekal paling penting untuk bikin produk digital yang tahan lama.

Ada masa ketika semangat bikin sesuatu itu begitu membara. Waktu itu masih duduk di bangku SMA, ngoding jam dua pagi sambil ngopi sachetan, ngerasa kayak lagi bangun sesuatu yang bisa ngubah dunia. Sayangnya, nggak semua proyek bisa jalan sesuai rencana. Ada yang mati karena nggak ada user, ada yang ditinggal karena server-nya nggak kuat, dan ada juga yang tenggelam karena terlalu banyak fitur sampai lupa fungsi utama.

Salah satu proyek pertama yang pernah dibuat adalah forum berbasis PHPBB yang fokusnya di niche teknologi. Visinya waktu itu sederhana: jadi tempat ngobrol soal coding dan jaringan. Tapi yang datang malah spammer dan bot. Belum ngerti soal moderasi, keamanan, atau engagement. Akhirnya, forum itu ditutup setelah enam bulan karena nggak ada komunitas yang tumbuh.

Lanjut ke proyek berikutnya, pernah coba bikin semacam situs pemendek URL. Secara teknis berhasil, bahkan sempat dipakai sendiri buat branding. Tapi nggak ada unique value dibanding layanan lain kayak bit.ly atau tinyurl. Ditambah lagi waktu itu belum ngerti pentingnya SSL, scalability, dan cost server jangka panjang. Di tahun kedua, proyek itu dihapus total.

Pernah juga bikin semacam sistem e-learning kecil-kecilan buat teman-teman sekolah. Idenya menarik, user-nya juga ada. Tapi platform-nya nggak pernah stabil karena pakai hosting murah dan nggak ngerti load balancing atau pengamanan data user. Akhirnya sistem itu rusak sendiri waktu trafik naik.

Dari semua itu, satu hal yang jadi pelajaran utama: produk digital bukan cuma soal ide bagus. Tapi soal eksekusi yang tepat, fokus yang tajam, dan daya tahan menghadapi masalah teknis maupun mental.

Bikin sesuatu yang berguna itu satu hal. Tapi bikin produk digital yang bertahan dan dipakai banyak orang dalam jangka panjang, itu perkara lain. Harus ngerti kapan harus bilang cukup dalam fitur, kapan harus investasi di infrastruktur, dan kapan harus minta feedback user tanpa merasa digurui.

Dari kegagalan-kegagalan itu juga, mulai sadar pentingnya dokumentasi. Di proyek-proyek awal, nggak ada satu pun catatan versi, changelog, atau rencana pengembangan. Semua jalan berdasarkan feeling. Tapi setelah beberapa proyek tumbang, mulai kebiasaan bikin log harian, repo Git yang rapi, sampai backup otomatis.

Sekarang, setiap kali mau bikin produk baru, pelajaran dari masa lalu itu jadi bekal wajib. Nggak lagi asal launching, nggak lagi ngejar keren-kerenan fitur, dan nggak lagi cuek sama kebutuhan real user. Fokusnya sekarang selalu ke satu pertanyaan: “Apa hal sederhana yang bisa diselesaikan produk ini dengan stabil dan efisien?”

Pelajaran lainnya adalah soal tim. Banyak proyek yang gagal karena dikerjain sendirian. Ngerasa bisa semuanya, padahal realitanya nggak ada manusia super. Saat mulai kerja bareng orang lain dan belajar delegation, semuanya jadi jauh lebih ringan. Ada yang urus teknis, ada yang handle support, ada yang fokus marketing. Produk jadi berkembang bukan karena hebat sendiri, tapi karena kerja sama.

Membangun Flazz Networks, ANF Gateway, sampai OpenVPN.ID dan WireGuard.ID bukan karena semua proyek sebelumnya berhasil. Justru sebaliknya. Semua itu bisa muncul karena udah pernah gagal bikin forum, gagal maintain situs pemendek URL, gagal handle user e-learning. Setiap kegagalan itu jadi kompas.

Dan satu hal lagi yang paling penting: jangan jatuh cinta sama produk. Karena begitu terlalu cinta, jadi buta sama realita. Padahal bisa jadi, yang dibutuhkan hanya pivot atau bahkan ditinggalkan sama sekali. Yang perlu dicintai justru proses belajarnya, bukan produknya.

Kalau hari ini ada produk yang bertahan, itu bukan karena semuanya berjalan sempurna. Tapi karena pernah belajar dari proyek-proyek yang nggak berhasil. Karena pada akhirnya, fondasi produk digital yang kuat bukan cuma dibangun dari semangat, tapi juga dari kesadaran bahwa kegagalan adalah bagian dari desain.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *