Friendster, MIRC, sampai Yahoo Messenger: Masa Keemasan Sosmed Jadul

Friendster, MIRC, sampai Yahoo Messenger: Masa Keemasan Sosmed Jadul

Sebelum ada Instagram dengan story-nya atau TikTok dengan FYP-nya, generasi internet awal di Indonesia udah punya dunia maya sendiri yang gak kalah seru. Bukan sekadar tempat pamer selfie atau jualan online, tapi ruang digital yang jadi saksi lahirnya geng virtual, cinta pertama lewat chatting, dan lembaran status penuh kode. Ya, inilah masa keemasan media sosial jadul—era di mana Friendster, MIRC, dan Yahoo Messenger (YM) jadi raja!

📟 MIRC: Kenalan Sama Stranger? Gak Masalah!
Di akhir 90-an sampai awal 2000-an, Internet Relay Chat atau yang lebih dikenal dengan MIRC, jadi tempat tongkrongan online anak warnet. Dengan tampilan gelap, list channel kayak #indonesia, #jakarta, atau #musik, dan nickname yang suka aneh-aneh, MIRC adalah dunia baru buat ngobrol tanpa harus ketemu langsung.
Bisa kirim teks cepet, main bot trivia, bahkan kadang ada yang nyari jodoh di sana. Kalo lagi sial? Bisa juga kena kick sama operator channel cuma gara-gara spam emotikon. Tapi di balik kesederhanaannya, MIRC ngajarin kita cara bersosialisasi secara digital tanpa visual, hanya dengan teks dan feeling.

🟣 Yahoo Messenger: Dulu Status Bisa Nunjukin Perasaan
Kalau MIRC itu tempat tongkrongan, Yahoo Messenger (YM) lebih ke ruang obrolan pribadi. YM bukan cuma buat chatting, tapi juga buat voice call, kirim file, sampai “buzz” yang bikin layar getar kalau lawan chat-nya gak balas-balasan. Dan ya, fitur invisible mode itu sering jadi sumber drama: “Kok dia online tapi gak bales sih?”
Waktu itu, nulis status di YM bisa jadi bentuk curhat terselubung. Yang lagi galau, suka nulis lirik lagu atau quotes misterius. Kadang sampai temen nanya, “Kenapa status kamu kayak gitu?” Dari situ, obrolan bisa jadi panjang. Itulah indahnya era digital yang masih satu langkah lebih lambat dari sekarang.

🟠 Friendster: Tempat Pamer Testimonial & HTML Warna-Warni
Sebelum Facebook lahir dan merajai dunia maya, Friendster adalah tempat utama buat eksis. Bisa bilang ini media sosial pertama yang “serius” buat kita generasi 90-an dan 2000-an awal. Akun Friendster adalah identitas digital, lengkap dengan foto, profil, biodata, dan testimonial dari temen-temen.
Yang bikin seru? Bisa ngedit layout profil pakai HTML dan CSS dasar. Musik otomatis, background gif yang muter-muter, dan teks warna-warni jadi gaya khas anak Friendster. Gak ngerti coding? Tinggal copas dari blog orang. Yang penting tampil beda!
Friendster juga ngajarin kita arti pertemanan online. Ada rasa bangga kalau jumlah temen udah ratusan, apalagi kalau banyak testimoni masuk. Padahal kadang testinya cuma “Addback yaa” atau “Kita kan temen SD… inget ga?”

💭 Nostalgia yang Gak Tergantikan
Hari ini kita bisa ngirim voice note, video call, dan posting konten cuma dalam hitungan detik. Tapi interaksi yang dibangun di masa Friendster, MIRC, dan YM punya rasa yang beda. Lebih personal, lebih niat, dan lebih berkesan. Mungkin karena semuanya gak se-instan sekarang. Dulu, koneksi lambat justru bikin kita sabar dan menikmati proses ngobrol.
Era itu udah berlalu, tapi jejaknya masih ada. Banyak dari kita yang kenal internet pertama kali lewat ketiga platform ini. Dari situ, perjalanan digital kita dimulai. Entah berakhir jadi programmer, content creator, atau ya… nostalgia doang 😄