Resensi Novel : Reload of The Death (Bangkit dari Kematian)

10904929_10202112932463729_2779065_n

 

Judul : Reload of The Death (Kembali dari Kematian)

Penulis : Rudiyant

Penerbit : Kunci Aksara

Halaman : 471

Harga Buku : Rp. 65.000,-

Rilis : November 2014

 

Sinopsis

Sepulang dari akademi pedang, Steve Airrel begitu marah ketika tahu kalau pembunuhan atas diri ayah dan penduduk Pulau Alpoha adalah ulah dari raja baru Croix. Mereka memusnahkan pulau kelahirannya itu dan membuatnya kehilangan segala-galanya. Bahkan seandainya merapat saat itu, kemungkinan dia juga tewas.

Selama dua tahun Steve bergabung di kapal Bajak Laut Black Moon, ikut berperang dan membajak kapal-kapal yang melintas di perairan. Mereka menjadi musuh dan buronan kerajaan. Dalam suatu peristiwa, armada laut berhasil menghancurkan armada Bajak Laut ini dan membuat kapten kapal mengambil keputusan untuk membubarkan tim. Tapi disaat akhir keputusan itu, satu misi balas dendam terakhir yang mereka lakukan ke pihak kerajaan malah menjebloskan mereka ke dalam penjara. Disana mereka di kurung bersama para pemberontak kerajaan Croix.

Sekelompok orang datang menyerbu penjara kerajaan dan membebaskan para tahanan. Steve bersama mantan kaptennya dan para tahanan lain keluar dari sana setelah ikut dalam pertempuran hebat. Sang waktu menentukan lain, ternyata pembubaran tim Bajak Laut tidak membuat mereka terpisah. Karena merasa memiliki dendam dan musuh yang sama, akhirnya mereka memutuskan bergabung bersama para pemberontak Croix yang di pimpin gadis ketus, Kirara.

Melihat kekejaman raja baru Croix, darah dendam lama semakin bergejolak di diri Steve. Dia ikut dalam berbagai misi yang dilakukan pihak pemberontak. Persahabatan dengan rekan rekan lainnya seolah merubah mereka menjadi persaudaraan yang erat. Apalagi di kelompok itu mereka terdiri dari berbagai ras yang berbeda-beda. Dan setelah lama bersama, barulah diketahui kalau sebenarnya ketua pemberontak, Kriara adalah anak dari sahabat ayahnya, orang yang sudah dijodohkannya semenjak kecil dulu. Dalam satu misi bersama, Steve dan Kirara yang mencegat rombongan raja baru mengalami nasib naas. Dalam suatu pertempuran, Steve tewas setelah tahu kalau Raja Croix itu adalah sahabat dekatnya semasa di Akademi Pedang dulu.

Demi cinta dan demi kemerdekaan Croix, bersama timnya, Kirara melakukan petualangan ke berbagai daerah untuk bisa membakitkan Steve lagi. Lewat  lika liku petualangan mengerikan dan teknologi termuktahir, akhirnya Steve berhasil hidup kembali dan dipersiapkan melawan sahabatnya sendiri dalam perang besar. Tapi sayangnya Steve tidak suka dengan kebangkitan dirinya. Dia merasa muak dengan sosok tubuhnya yang beruba penggabungan dari beberapa monster dan hewan langka, Memang kemampuannya meningkat, tapi dia merasa menjadi seekor binatang, bukan lagi manusia seutuhnya.

Satu hal yang tragis, ternyata sang raja sudah mengetahui semuanya sejak beberapa tahun yang lalu. Semua kejadian sampai kepada pembunuhan Steve, dia yang telah mengatur semuanya.

Dia juga tahu kalau dia akan mati di tangan Steve, untuk itulah dia membuat kegilaan ini. Pembantaian penduduk Pulau Alpoha, pemusnahan ras-ras dan pembunuhan massal, adalah cara agar Steve merasa tega dan membencinya. Agar pahlawan baru Croix itu berani membunuh sahabatnya sendiri dan menggantikannya sebagai raja baru untuk Croix yang baru.

Semua yang dilakukan Raja Croix muda ini adalah demi persahabatan dan demi mewujudkan apa yang menjadi garis tangan para Dewa yang telah di paparkan para peramal selama jauh hari sebelum hari kelulusannya.

Tapi mampukah Steve melakukannya dengan membunuh sahabat yang telah membuat Croix yang tenang menjadi kacau balau? Membunuh sahabatnya sendiri?

Pesan Moral

Dalam Buku Novel ini diceritakan bahwa adanya suatu kerajaan yang bernama kerjaaan Croix sedang diperangi oleh kelompok Steve Airrel. Perang tersebut dipimpin oleh Steve Airrel. Usut punya usut ternyata anak pemimpin dari kerajaan Croix adalah sahabatnya Steve.

Persahabatan tidak bisa diputus oleh perang, persahabatan tetap persahabatan, perang tetaplah perang.